KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4

Azmi
0

 KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

Nama CGP

:

Aan Amirudin

Angkatan / Kelas

:

10 / 71

Unit Tugas

:

SMKN 6 Kota Tangerang Selatan

Pengajar Praktik

:

Estikajati

Fasilitator

:

Rossa Vini Anggalia

 

Koneksi Antar Materi Modul 1.4

 Modul 1.1

 

 

 

Filosofi Pendidikan KHD

 

 

 

Modul 1.2

 

 

Penjelasan Perihal Sudut Pandang Dunia Pendidikan guru dan murid

Nilai dan Peran Guru Penggerak

 

 

 

Modul 1.3

 

 

Penjelasan mengenai fungsi Guru Penggerak di Suatu Institusi Pendidikan

Visi Guru Penggerak

 

 

 

Modul 1.4

 

 

Penjelasan mengenai Visi dan Tujuan yang tersistem dan Relevan dengan Tindakannya

Budaya Positif

 

 

 

 

Penjelasan mengenai Posisi Kontrol Guru di Sekolah dalam Menangani suatu permasalahan

 

1.      Filosofi Pendidikan KHD

Pendidikan adalah tempat persemaian benih kebuadayaan di masyarakat, pendidian merupakan kunci utama untuk menciptakan manusia yang beradab pendidikan juga merupakan tempat tumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat terus diwariskan.

2.      Nilai dan Peran Guru Penggerak

Nilai Guru Penggerak

Peran Guru Penggerak

Mandiri

Menjadi Pemimpin Pembelajaran

Reflektif

Menggerakan Komuniitas Praktisi

Kolaboratif

Menjadi Coach Bagi Guru Lain

Inovatif

Kolaborasi

Berpihak pada Murid

Mewujudkan Kepemimppinan Murid

 3.      Visi Guru Penggerak

Visi Guru Penggerak adalah : Mewujudkan Peserta Didik yang Memiliki Profil Pelajar Pancasila. Dalam proses mewujudkannya maka dengan menggunakan Inquiri Apresiatif yang dilakukan dalam tahapan BAGJA. Tahapan BAGJA sangat penting dalam menyusun Prakarsa Perubahan. Maka dalam menyusun Visi Guru Penggerak pun yang di dalamnya terdapat Pralarsa Perubahan memerlukan Tahapan BAGJA.

4.      Budaya Positif

Pembiasaan positif akan tampak dari tahapan BAGJA, ketika Tahapan BAGJA sudah dapat memunculkan Pembiasaan Positif maka terwujudlah Budaya Positif. Dalam penerapan Budaya Positif guru perlu menerapkan Segitiga Restitusi dan Keyakinan Kelas yang disepakati bersama. Dalam menjalankan Segitiga Restitusi dan Keyakinan Kelas sangat penting seorang guru memposisikan dirinya menjadi manajer, bukan sebagai penghukum, bukan sebagai pembuat rasa bersalah, bukan sebagai teman dan bukan sebagai pemantau.

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol,  teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?

Disiplin positif adalah upaya mengkomunikasikan perilaku yang epektif antara orang tua dan anak
Disiplin positif adalah pengajaran kepada anak akan pengetahuan konsekwensi dari sebuah perilaku
Disiplin positif adalah sebuah pengajaran tanggung jawab dan rasa hormat ketika berinteraksi dengan lingkungan
Disiplin positif adalah bentuk penerapan disiplin tanpa adanya kekerasan

Dalam budaya positif terdapat 5 Posisi Kontrol

  • 1. Penghukum – Penghakiman melalui tindakan hukuman
  • 2. Pembuat rasa bersalah – Membuat siswa merasa bersalah dengan apa yang dia perbuat
  • 3. Teman – Memposisikan diri sebagai teman dimana tidak ada jarak
  • 4.  Pemantau – Hanya sebagai pemantau dan petugas monitoring
  • 5.  Manajer – Mencakup segala hal, dapat menyadarkan kesalahan yang direfleksikan dari kesalahan itu sendiri, dan dari kesadaran tersebut memunculkan solusi perbaikan melalui keyakinan.

5 Kebutuhan Dasar Manusia

  • 1.  Bertahan Hidup – Manusia memerlukan kehidupan yang layak
  • 2.  Kasih Sayang dan Rasa diterima – Manusia membutuhkan kasih saying dan pengakuan dari lingkungannya
  • 3.  Penguasaan – Manusia membutuhkan penguasaan terhadap bidang yang dia tekuni
  • 4.  Kebebasan – Manusia memebutuhkan kebebasan baik dalam bertindak maupun dalam berperilaku
  • 5.  Kesenangan – Manusia membutuhkan kesenangan, oleh karena itu dia akan akan terus mencapai kesuksesannya demi terwujudnya kesenangan tersebut.

Manusia akan terus berusaha untuk mendapatkan kebutuhan dasar ini, seperti hal nya di sekolah, banyak permasalahan timbul baik di kalangan siswa mapun guru, hal ini disebabkan karena tidak tercapainya kebutan dasar tersebut. Dalam merawat tumbuhnya pembiasaan positif yang melahirkan Budaya Positif maka diperlukan Keyakinan Kelas, Keyakinan kelas adalah sejenis aturan yang disepakati bersama tetapi ada perbedaan antara aturan dan keyakinan, jika aturan dijalankan dengan tekanan dan keterpaksaan, sedangkan keyakinan kelas adalah kesepakatan bersama atau keyakinan bersama tentang hal yang perlu dijalankan, apabila menjalankan keyakinan mereka akan antusias karena yang mereka jalankan adalah keyakinan mereka sendiri yang dosepakati bersama. Keyakinan kelas yang dibuat harus berangkat dari kebutuhan siswa agar tercipta pembiasaan baik yang kemudian melahirkan Budaya Positif.

Ada beberapa hal yang menjadi titik tujuan dari keyakinan kelas

  • 1.   Pembiasaan budaya positif
  • 2.   Melaksanakan merdeka belajar student center
  • 3.   Terciptanya pembelajaran yang kondusif, dimana komunikasi terjadi dua arah antara siswa dengan guru dan guru sebagai Fasilitator.
  • 4.   Menumbuhkan benih persemaian kebudayaan.
  • 5.   Guru dalam kelas mempertebal potensi positif siswa.
  • 6.   Berusaha memenuhi kebutuhan dasar siswa seperti kasih sayang dan rasa diterima.
  • 7.  Guru mampu mempoisikan diri sebagai manajer dalam 5 posisi control.
  • 8.  Penghambaan kepada murid, dalam arti guru harus memenuhi apa yang menjadi kebutuhan saat itu dan berjalannya pembelajaran tanpa kekerasan.

Dalam budaya positif juga terdapat metode segitiga restitusi, segitiga restitusi dibutuhkan oleh guru untuk menyelesaikan permasalahan, baik dalam kelas maupun luar kelas. segitiga restitusi itu adalah.

  • 1.    Menstabilkan Identitas : Tahapan ini adalah bentuk dari pembelaan tetap positif, artinya menyadarkan orang bahwa melakukan kesalahan itu biasa, tetapi yang menjadi hal penting adalah bagaimana kita bisa menjadikan kesalahan itu sebagai pelajaran.

  • 2.   Validasi Tndakan yang Salah : Tahapan ini merupakan bentuk pertanyaan klarifikasi atau latar belakang kenapa sisw bisa melakukan kesalahan tersebut, dan jika ada cara yang epektif dan benar apakah bisa diubah dalam usaha mendapatkannya.

  • 3.  Menanyakan Keyakinan : Tahapan ini adalah bentuk diplomasi, pertanyaan yang mengarah pada nurani  jika dilakukan dengan sengaja apakah salah atau benar? Jika salah, maka keyakinan mana yang dilanggar. Muara dari Segitiga Restitusi ini adalah solusi perbaikan di masa yang akan datang agar kesalahan tidak terulang.

Adakah hal-hal yang menarik untuk anda dan diluar dugaan?

Sangat menarik dan jika dipelajari dengan seksama ternyata dari Modul1.1 tentang Filosofi Pendidikan KHD sampai Modul 1.4 tentang Budaya Positif ternyata memiliki keterkaitan. Dan hal yang tidak terduga adalah bahwa guru harus bisa memposisikan dirinya pada salah satu nilai kontrol Manajer, ketika datang masalah bukanlah hukuman yang dikedepankan tetapi solusi, setiap tindakan yang dilakukan adalah merupakan suatu pembelajaran. Manusia akan terus menjadi pembelajar sepanjang hayat tetapi dalam kapasitas pembelajar dia memerlukan kasih sayang dan rasa diterima juga memerlukan pengakuan agar apa yang dia lakukan senantiasa memilki arti di mata orang-orang sekitarnya.

Perubahan apa yang terjadi pada pola fikir anda dalam menciptakan budaya positif d kelas maupun sekolah anda setelah mempelajari modul ini.


Setelah Saya mempelajari Modul 1.4 ini pemikiran saya adalah Budaya Positif di kelas atau di sekolah itu bisa dicapai bersama yaitu dengan cara pembiasaan positif, di dalam pembiasaan positif ada keyakinan kelas, dengan keyakinan yang diyakini bersama maka kelas akan kondusif dan nyaman dalam pembelajaran. Selama ini saya hanya sebagai penghukum dan pemantau tetapi setelah mempelajari modul ini saya akan memposisikan diri saya di posisi Manajer dan setiap menyelesaikan masalah saya akan menggunakan Segitig Restitusi.

Pengalaman seperti apakah yang pernah anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul budaya positif baik di lingkup kelas maupun sekolah anda?


Saya adalah guru yang terkenal galak dalam menegakan kedisiplinan di sekolah, dalam kegalakan saya berada dalam posisi Penghukum, sedangkan sekarang saya ubah cara berfikir saya yaitu saya menempatkan diri sebagai Manajer tetapi karena terbiasa dengan posisi penghukum maka kesan di mata siswa dan guru yang lain itu adalah hukuman. Solusi dari permaslahan ini adalah saya melakukan secara berkelanjutkan dan konsisten agar suatu saat dapat diterima di mata warga sekolah.

Bagaimana perasaan anda ketika mengalami hal tersebut?

Perasaan saya saat itu adalah bahwa semua itu tantangan, dalam guru penggerak tidak ada masalah adanya adalah tantangan. Tantangan bagaimana memposisikan diri kita sebagai manajer, tantangan bagaimana agar terjadi kolaborasi dengan teman sejawat, maka dengan kolaborasi semua rekan akan menerima metode ini dan kita sebagai orang yang dititipi ilmu dari program guru penggrak dapat mensosialisasikan kepada seluruh warga sekolah di kalangan guru.

Menurut anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu diperbaiki?

Hal yang sudah baik

  • 1.      Penerapan pembiasaan baik yang melahirkan budaya positif
  • 2.      Penerapan kebajikan Universal
  • 3.      Adanya keyakinan kelas yang diawali oleh Segitiga restitusi
  • 4.      Penerapan kedisiplinan dengan posisi sebagai Manajer
  • 5.      Penyelesaian masalah dengan segitiga Restitusi

Hal yang perlu diperbaiki

  • 1.      Sudut pandang guru kepada suatu sistem pendisiplinan tidak ada lagi kekerasan
  • 2.    Posisi kontrol guru dari penghukum, pembuat rasa bersalah secara bertahap perbaiki menjadi manajer maka ini akan menciptakan budaya positif.
  • 3.      Semua guru memiliki hak untuk mengaplikasikan Segitiga Restitusi, tidak hanya guru BK atau kesiswaan.

Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang sering anda pakai, dan bagaimana perasaan anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini, posisi apa yang anda pakai, dan bagaimana perasaan anda Sekarang? Apa perbedaannya.?

Sebelum berselancar di modul ini posisi saya selalu menjadi Penghukum dan Pembuat Rasa Bersalah, hal itu optimal dilakukan tetapi siswa menerima itu hanya dengan keterpaksaan. Setelah saya berselancar di modul ini maka saya dapat memposisikan diri saya pada posisi Manajer dan selalu menerapkan Segitiga Restitusi dalam menuntaskan suatu permasalahan siswa di sekolah. Penerimaan siswa tidak lagi dengan keterpaksaan tetapi mereka terima dengan penuh rasa tanggung jawab dan ketulusan hati nurani.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkan anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid anda? Jika Iya, Tahap mana yang anda Praktikan dan bagaimana anda mempraktikannya.

Sebelum mempelajari modul ini saya pernah melakukan segitiga restitusi tanpa saya sadari, tetapi kurang lengkap dan kurang terstruktur. Tahapan yang pernah saya lakukan adalah menstabilkan identitas dan validasi tindakan salah. Sedangkan Menanyakan keyakinan saya tidak melakukannya. maka permasahan tidak terselesaikan dengan tuntas.

Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?

1.      Kolaborasi seluruh warga sekolah

Suatu permisalan dalam rekan guru, apabila ada guru yang melaksanakan suatu system dengan benar dalam mendisiplinkan anak maka perlu adanya satu suara dari rekan guru yang lain.

2.      Kesamaan Persepsi

Persamaan persepsi sangat diperlukan di lingkungan sekolah, suatu permisalan siswa dilarang merokok maka guru nya pun tidak merokok, juga bisa ditambahkan dengan membuat poster di kantin-kantin yang menjelaskan ketidak bagusan dari perilaku merokok.

3.      Daya dukung

Dukungan manajemen sekolah dalam pengelolaan SDM sangat diperlukan, terutama tim pengembang kurikulum dan tim keamanan Sekolah.

 

Aan Amirudin, S.Pd_05 Juni 2024

 

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)