KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3 COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

Azmi
0

 COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

Nama CGP

:

Aan Amirudin

Angkatan / Kelas

:

10 / 71

Unit Tugas

:

SMKN 6 Kota Tangerang Selatan

Pengajar Praktik

:

Estikajati

Fasilitator

:

Rossa Vini Anggalia

Model

:

Artikel

 

TUJUAN PEMBELAJARAN

CGP menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 2.3

PEMIKIRAN REFLEKTIF

1.      Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh:

Dalam Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik, dalam pendidikan CGP saya belajar dan berbagi tentang penerapan teknik coaching dalam supervisi untuk mendorong rekan guru mencapai potensi maksimalnya. Pendekatan yang digunakan adalah coaching yang memiliki tiga prinsip: yaitu kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi. Kompetensi inti yang harus dimiliki dalam coaching meliputi kehadiran penuh (presence), mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot. Percakapan berbasis coaching mengikuti alur TIRTA: Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan Tanggung jawab. Supervisi akademik terdiri dari tiga tahapan: pra-observasi (perencanaan), observasi (pelaksanaan), dan pasca-observasi.

2.      Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar:

Saya merasa termotivasi dan lebih percaya diri untuk menerapkan pendekatan coaching dalam supervisi. Tetapi pemenuhan kompetensi saya sebagai coach belum tentu maksimal saya kuasai.

3.      Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar:

Saya telah mencoba untuk menerapkan beberapa teknik coaching saat mempraktikkannya dalam ruang kolaborasi maupun demonstrasi kontekstual dengan menggunakan alur TIRTA dan prinsip coaching, baik saat saya berperan sebagai coach, coachee, atau pengamat (observer).

4.      Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar:

Saya perlu meningkatkan kemampuan saya dalam merancang sesi coaching yang lebih terstruktur dan fokus sesuai alur TIRTA. Tetapi saya merasa percakapan coaching masih belum mencapai kedalaman yang diharapkan, danpercakapan akan sangat bergantung pada Coache juga dalam menjawab pertanyaan yang saya ajukan.

5.      Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi:

Materi ini sangat relevan dengan kompetensi saya sebagai pendidik dan pemimpin pembelajaran. Ini membantu saya menjadi lebih efektif dalam memberikan supervisi yang memberdayakan dan mendukung perkembangan profesional rekan-rekan guru.

ANALISIS UNTUK IMPLEMENTASI



1.      Bagaimana cara terbaik untuk mengintegrasikan teknik coaching ke dalam rutinitas supervisi akademik yang sudah ada?

Cara terbaik untuk mengintegrasikan teknik coaching ke dalam rutinitas supervisi akademik yang sudah ada adalah dengan menggunakan alur TIRTA dalam setiap sesi. Mulai dengan percakapan pra-observasi untuk menetapkan tujuan, lakukan observasi dengan pendekatan persuasif bukan penghakiman, dan akhiri dengan percakapan pasca-observasi untuk refleksi serta perencanaan tindakan perbaikan. Konsistensi dan keterlibatan guru di setiap tahap akan meningkatkan efektivitas supervisi.

2.      Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru:

Saya mencoba mengolah materi yang dipelajari dengan menyesuaikannya dengan konteks sekolah saya. Misalnya, menggunakan sesi coaching singkat yang fokus pada tujuan spesifik yang ingin dicapai oleh guru.

3.      Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat sekolah maupun daerah):

Tantangan terbesar adalah waktu yang terbatas dan beban kerja yang tinggi, yang bisa menghambat pelaksanaan coaching secara rutin. Selain itu, ada juga tantangan dalam memastikan semua guru terbuka dan siap menerima pendekatan coaching.

4.      Memunculkan alternatif solusi terhadap diidentifikasi:

 tantangan yang Sebagai solusi, saya bisa mulai dengan sesi coaching yang lebih singkat dan terfokus. Saya juga dapat mengintegrasikan coaching ke dalam pertemuan atau kegiatan lain yang sudah ada, untuk menghemat waktu dan sumber daya.

 

MEMBUAT KETERHUBUNGAN

1.      Pengalaman masa lalu:

Saya pernah disupervisi oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah, tetapi kegiatan tersebut hanya sekadar pemenuhan kewajiban dan mentoring tanpa ada pasca observasi atau pasca supervisi.

2.      Penerapan di masa mendatang:

Harapan penerapan supervisi akademik di masa mendatang adalah agar proses ini dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Ini termasuk tahap pra- observasi, observasi, dan pasca-observasi. Dengan pendekatan coaching yang berfokus pada kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi, diharapkan supervisi dapat memberikan dampak positif yang nyata bagi pengembangan kompetensi guru. Melalui supervisi yang bermakna, guru akan mendapatkan umpan balik yang konstruktif dan relevan, sehingga dapat terus meningkatkan kualitas pembelajaran yang berpihak pada murid.

 

 3.      Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari:

Dalam Modul 2.1 tentang pembelajaran berdiferensiasi, saya mempelajari pentingnya mengenali dan memenuhi kebutuhan belajar individual setiap siswa. Kemudian dilanjutkan dengan Modul 2.2 tentang Pembelajaran Sosial Emosional mengajarkan pentingnya mengembangkan keterampilan sosial dan emosional siswa sebagai bagian dari pembelajaran holistik. Dengan menggabungkan konsep dari modul 2.1 dan 2.2, coaching dalam supervisi akademik menjadi lebih komprehensif, mengembangkan keterampilan coaching yang berdiferensiasi dan memperhatikan aspek sosial emosional mitra/ coachee. Hal ini dapat menghasilkan situasi yang lebih inklusif dan suportif, serta memperkuat kualitas hasil coaching secara maksimal.

4.      Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP:

Saya mendapat banyak pengetahuan dari kegiatan diskusi dengan rekan-rekan CGP, yang memberikan perspektif tambahan tentang bagaimana mengatasi tantangan dalam supervisi akademik.

Pada akhirnya dengan Coaching maka Supervisi akademik akan menjadi lebih baik dan performa guru akan semakin meningkat tanpa merasa terpaksa dan tanpa merasa dihakimi, dan peningkatan ke arah yang lebih baik ini akan berlangsung secara berkelanjutan.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)